Total Tayangan Halaman

Selasa, 05 Oktober 2010

 


Barisan Rudeboys Menghentak di 40 Tahun IKJ
Kolektif band ska, reggae, rocksteady, hingga dub yang tergabung dalam album Return of the Root Bois
Oleh : Dwiki adiputra 
Foto :VROLODIC CONCEPT
Acara molor sekitar satu jam dari jadwal yang direncanakan, yakni sekitar pukul delapan malam selepas hujan, Thoriq Madani baru mengawali rentetan serangan musikal yang dilancarkan ke arah venue Institut Kesenian Jakarta oleh band-band genre ska/reggae/dub  Ibukota.
Ironisnya, pada hari Jum’at (9/7) lalu dari rangkaian perayaan Ulang Tahun yang ke-40 Institut Kesenian Jakarta itu turut pula diwarnai rasa duka. Siang harinya sekitar pukul 13:00 WIB, Aditya Tobing  salah satu dosen IKJ baru saja meninggal dunia. “Kami sangat kehilangan kakak yang sangat berdedikasi, tapi hilang satu tumbuh seribu fren!,” ujar  seorang personil dari Sound Solution.
Papan Luncur yang baru saja merilis album beberapa waktu lalu menguntit di panggung setelah Thoriq Madani dan Bois’ Stompin. Beberapa nomor milik The Mighty Mighty Bostones dan Voodoo Glowskull menjadi nomor yang mereka sajikan malam itu mengiringi nomor-nomor milik sendiri termasuk hits “Pogo Dance” yang sempat mampir di nominasi Kategori Favorite Reggae and Ska Song, dari sebuah penghargaan musisi cutting-edge bertaraf nasional ICEMA. Sebuah atmosfir yang sudah cukup lama tak terlihat, ketika para “Rudy” lengkap dengan setelan celana dan jas ngatung, topi trilby di kepala dan boots yang dengan pongahnya kembali hilir mudik di sebuah event musik.
Terbukti sekali lagi bahwa lingkar labirin itu juga berlaku untuk musik, atau bisa jadi ini merupakan sebuah konsep titik jenuh atas kondisi industri musik yang enggan dewasa untuk mengikuti tuntutan kreatifitas? Yang jelas malam itu orang-orang yang berstelan necis dan kebanyakan dari mereka berkepala botak itu seolah tidak peduli dengan pertanyaan barusan dan terus berdansa.
Jiung band yang terang-terangan mengidolakan alm. Benyamin Sueb menjadi penyeimbang malam itu melalui lagu – lagu pop urban-retro khas sang idola. Bahkan mereka menyelipkan “Kompor Mledug” selain karya orisinil mereka antara lain “Motor Bledug”, dan pop cinta enerjik berjudul “Pasar Malem”.
Running Circle dengan manis sempat menggarap “Monkeyman” milik Toots and The Maytals, seketika itu pula kemudian menjemput The Authentics yang menggebrak lewat “Do The Roll” dan “Hei Rudi!”. “Selanjutnya dengan tembang milik D’Bagindaz (C-I-N-T-A) tapi versi barat, ini L-O-V-E!,” kelakar Dawny dari panggung sembelum membawakan hit yang sempat sukses oleh Nat King Cole tersebut versi mereka yang groovy-danceable.
The Authentics mengakhiri penampilan mereka lewat “ You Gotta Dance” disambung hits “Untukmu”. Soul musik reggae-punk lalu digelontorkan oleh De’ Jenks sesaat setelah The Authentics. Malam itu mereka tampil maksimal walaupun minus gitaris Adit (juga personil The Sabotage-punk) dengan “Prison Blues”, “Ganja Ganja”, terakhir single pamungkas mereka “Move On”.
Rupanya kelahiran kedua bagi legenda hidup ska tanah air, Skalie terjadi lagi malam itu. Mereka sukses menghajar kuping para penonton lewat “Rat Race” milik dedengkot 2 tone-band asal Inggris, The Specials. Beberapa nomor lawas pun tak ketinggalan dan sepertinya melegakan fans mereka, seperti “Dusta” dan “Kali Kedua”.
Penampilan Skalie termasuk ditunggu-tunggu penggemarnya, terbukti dari daya magnet yang cukup kuat menarik penonton yang tersisa kala itu untuk bernyanyi bersama dan merangsek ke depan panggung. Lewat tengah malam Sound Solution, sebuah kolektif menawan yang  melahirkan bunyi-bunyian magis a la musik dub-soul menutup acara “Revival: Return of Rootbois Compilation Goes to IKJ Campus”. Tegukan vodka Sally cukup menghangatkan malam itu bersama karakter vokalnya yang kuat, agaknya mereka berhasil menghanyutkan rudeboys yang kehabisan energi setelah ber-pogo dance semalam suntuk.   

Senin, 27 September 2010

Skinhead

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Seorang Skinhead dari Inggris dan Vespanya.
Skinhead adalah suatu sub-budaya yang lahir di London, Inggris pada akhir tahun 1960-an. Sekarang Skinhead sudah menyebar ke seluruh belahan bumi. Nama Skinhead merujuk kepada para pengikut budaya ini yang rambutnya dipangkas botak. Sebelum bermulanya era Skinhead, ada golongan remaja yang dipanggil Mods yang menjadi pemula kepada skinheads.
Meskipun Skinhead banyak diasosiasikan dengan kelompok orang-orang yang rasis dan Neo-Nazi, namun Skinhead yang sebenarnya tidaklah Neo-Nazi, karena pada awalnya Skinhead adalah kaum tertindas dari kelas pekerja (utamanya buruh pelabuhan) di London, Inggris. Skinhead juga bisa merujuk kepada kepada kelompok orang (biasanya remaja) yang merupakan fans musik Oi!/streetpunk dan juga punk.

 Sejarah

Skinhead merupakan subkultur yang bermula di Inggris pada era ‘60-an, ketika Mods sedang mengharubiru kaum muda Inggris. Mods yang pada awalnya didominasi kaum muda yang berasal dari kalangan menengah ke atas kemudian mewabah dan menyentuh setiap kalangan. Tidak terkecuali kalangan pekerja alias working class. Para pemuda dari kalangan tersebut meskipun harus bekerja keras tiap hari, sebagian malah sebagai buruh kasar atau buruh pelabuhan, namun tetap memiliki cita rasa tinggi dalam memilih life style tertentu. Mereka berusaha mengadaptasi life style yang berkembang dengan pola hidup, selera serta kemampuan dompet.
Maka pada sekitar tahun 1965, dalam dunia Mods dikenal pula istilah Smooth Mods (Peacock Mods) yang terdiri dari kalangan menengah stylish dengan pilihan kostum yang mahal serta Hard Mods (lemonheads, gang mods) yang terdiri dari kaum pekerja dan merupakan cikal bakal dari Skinheads.
Hard mods kemudian baru dikenal sebagai kaum Skinheads sekitar tahun 1968. Generasi pelopor Skinheads tersebut biasanya disebut Trads (Traditional Skinheads) atau Trojan Skinheads, sesuai dengan nama label Trojan Records.

 Pakaian

Kaum Trads ini mudah dikenali dari setelan seperti shirt button-up Ben Sherman, polo Fred Perry, Bretel/suspender, celana jeans semi ketat, monkey boots, jaket jeans, jaket Harrington, V neck Sweater dls. Serta yang terpenting adalah potongan rambut yang pendek, berbeda dengan gaya rambut mods pada umumnya. Pilihan akan jenis rambut yang pendek ini lebih disebabkan alasan kepraktisan. Terutama karena sebagian besar lapangan pekerjaan yang tersedia tidak membolehkan pekerja berambut gondrong apalagi bergaya acak tidak beraturan. Selain itu, potongan rambut pendek dianggap sebagai keuntungan sewaktu harus menghadapi kehidupan jalanan yang keras ketika itu. Ada pula yang berpendapat bahwa pilihan berambut pendek merupakan counter terhadap life style kaum hippie yang dianggap mewah dan juga sedang berkembang pada masa tersebut. Lebih jauh lagi, suatu kisah menceritakan bahwa pilihan tersebut berasal dari kaum pekerja pelabuhan, seperti di kota Liverpool, yang memotong pendek rambut mereka untuk menghindari kutu yang banyak terdapat di sekitar pelabuhan.

 Musik

Karena Skinhead sendiri pada dasarnya adalah suatu subkultur bukannya sebuah genre atau aliran musik, pilihan musiknya pun bisa beragam.
Yang pertama tentunya adalah roots mereka yang berasal dari Mods, para Trads pun pada awalnya sangat terpengaruh musik R&B ala Inggris seperti The Who, The Kinks, dan lain sebagainya. Namun, mereka juga terinspirasi oleh style ala Jamaican Rude Boy yang juga populer di Inggris pada zaman itu. Rude Boy atau Rudy merupakan sebutan untuk para imigran Jamaika yang berkulit hitam pencinta dansa dan musik asal mereka.
Hasilnya, para Trads pun sangat menggemari musik Ska, Reggae, Rocksteady, Soul, dan lain sebagainya. Sehingga kadang-kadang seorang Skinhead pun ikut menikmati alunan dari seorang penyanyi soul seperti Aretha Franklin misalnya.
Dari roots tersebut dapat ditelusuri bahwa pada dasarnya Skinhead sama sekali tidak identik dengan rasis. Sebagaimana pendapat awam pada umumnya. Karena mereka pun menikmati kultur dari masyarakat kulit hitam. Bahkan, banyak juga Skinhead yang berkulit hitam dan berwarna kulit lainnya.

 Rasisme

Mereka mendapat cap rasis pertama kali ketika beberapa Skinhead terlibat clash beberapa kali dengan imigran Pakistan dan imigran dari Asia Selatan (mereka menyebutnya Paki-Bashing) di Inggris pada era ’60-an. Tindak kekerasan (yang tidak bisa dibenarkan biar bagaimanapun) tersebut dipicu oleh masalah pekerjaan. Para Skinhead yang merupakan kaum pekerja merasa lahan pekerjaan mereka semakin sempit. Mereka terdesak oleh kedatangan imigran yang bersedia dibayar lebih rendah. Label rasis kemudian semakin melekat, salah satunya setelah beberapa Skinhead tergabung dan dihubungkan dalam organisasi white power, National Front yang terbentuk di awal ’70-an. Militansi dan karakter Skinhead yang keras khas kaum pekerja sempat membuat mereka dijadikan alat maupun berbagai kepentingan politik. Termasuk dihubungkan dengan paham Neo Nazi. Meskipun sejarah maupun kenyataan yang ada bisa menunjukkan fakta yang berbeda.
Sama dengan nasib Mods leluhurnya, pamor Skinhead sempat meredup di era ’70-an, setelah sebelumnya mencapai puncak popularitas mereka pada tahun 1969.
Mereka kemudian bangkit kembali, bersamaan dengan kelahiran musik punk pada sekitar tahun 1977